UTS-2 My Songs for You
NIKI - Take A Chance With Me
Lirik sudah ada di video.
Sebuah Lagu yang Mengingatkan
Ada lagu yang dulu sering muncul entah dari mana. Kadang lewat playlist acak, kadang lewat Locket yang kami pakai untuk saling kirim foto. Judulnya Take a Chance with Me — lagu lembut yang, bagi sebagian orang, mungkin hanya tentang cinta. Tapi bagiku, lagu itu terdengar seperti perjalanan; tentang keberanian kecil untuk melangkah meski tak tahu akan sampai di mana.
Baitnya yang berbicara tentang seseorang yang berusaha menyembunyikan perasaannya, atau tentang dua orang yang sama-sama takut mengaku, bukan hanya tentang hubungan romantis. Aku mendengarnya sebagai metafora dari perjuangan bersama — dua orang (atau lebih) yang saling percaya dalam diam, saling mendorong dalam letih, dan saling memahami meski tanpa banyak kata.
Masa yang Penuh Ritme
Lagu itu sering muncul di masa aku gap year — masa di mana setiap hari seperti latihan kesabaran. Kami belajar dari pagi sampai malam; kadang diisi tawa, kadang kelelahan. Ada momen kami kelelahan menghitung peluang di atas kertas, tapi tetap percaya peluang hidup selalu bisa diubah dengan usaha.
Yang satu lebih jago bahasa, yang lain lebih paham logika. Kami saling isi, saling ajar. Kadang serius, kadang saling mengejek soal rumus. Pernah juga satu waktu aku sedikit (beneran seikit) lebih keras menjelaskan konsep matematika — niatnya baik, nadanya saja yang salah. Hasilnya? air mata turun sebelum jawaban benar ditemukan. Tapi justru dari situ aku belajar: pemahaman tanpa empati itu seperti hitungan tanpa makna.
Dan setiap kali lagu itu muncul lagi, aku seperti diingatkan betapa berharganya masa itu — masa di mana ketegangan, tawa, dan mimpi bercampur jadi satu.
Antara Peluang dan Keberanian
Kalimat paling kuingat dari lagu itu adalah bagian yang berbunyi kira-kira, “In the end, we only regret the chances we didn’t take.” Lirik sederhana, tapi saat itu rasanya menampar lembut.
Dalam perjuangan menuju impian — entah STEI-K atau FK — setiap keputusan terasa seperti “mengambil kesempatan”. Tidak selalu pasti, tidak selalu logis, tapi penuh harapan. Dan mungkin, take a chance di sini bukan sekadar ajakan untuk berani mencintai, melainkan juga berani percaya.
Percaya pada proses, percaya pada tujuan, dan percaya pada mereka yang berjalan di sisi kita walau hanya sementara.
Sebuah Lagu, Sebuah Ingatan
Sekarang, setiap kali lagu itu muncul lagi, aku tidak hanya mengingat seseorang, tapi masa — masa ketika perjuangan masih sederhana: hanya antara rasa ingin berhasil dan rasa takut gagal. Lagu ini seperti pengingat lembut bahwa hal-hal berharga sering lahir dari pertemuan yang tak direncanakan.
Aku belajar bahwa “take a chance” tidak selalu berarti menantang dunia, kadang cuma berarti percaya sekali lagi, walau hati masih gemetar.
Penutup
Lagu ini tidak pernah berhenti terdengar, meski aku tak lagi mendengarkannya sesering dulu. Mungkin karena lagu bukan sekadar bunyi, tapi ruang tempat kenangan beristirahat dengan damai.
Dan jika ada satu pesan yang tersisa dari semuanya, mungkin begini:
Kadang, kesempatan tidak datang dua kali — tapi kenangan dari keberanian pertama akan terus bergema, seperti nada terakhir yang tak benar-benar berakhir.
✨ End of UTS-2: “My Song for You” – Sirojul Firdaus ✨